Follow us

Penguatan Blue Economy dari Sektor Produk Perikanan Bagi Pemulihan Ekonomi Nasional



Ketua Pusat Studi Pembangunan Perikanan Universitas Padjadjaran, Bapak Dr. A.A. Handoko Suryana,S.Pi,Mt menjadi pembicara dalam kegiatan Ocean Talks 7.0 : 2021 Series yang diselenggarakan oleh National Oceanographic pada hari Sabtu, 19 Juni 2021. Dalam kesempatanya mengatakan bahwa perlunya kesadaran dunia akan pengembangan eksplorasi Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia namun jangan sampai meninggalkan bahan cemaran yang bisa merusak lingkungan. Indonesia dengan  luas lautan 3,25 juta km2 memiliki banyak sekali sumber daya alam dan potensi laut yang bisa dimanfaatkan. Selain itu, menurut data sektor ekonomi bidang kelautan yang besar ini meliputi bidang perikanan tangkap& budaya, industri pengolahan, bioteknologi, pariwisata dan transportasi yang menunjukkan bukti bahwa kelautan Indonesia memiliki potensi yang besar untuk bisa dimanfaatkan sebagaimana tujuan dari Blue Economy itu sendiri.


Gambar 1. Data Pemanfaatan Sumber Laut Indonesia

Sistem ekonomi konvensional tidak mampu mengakomodasi prinsip pembangunan berkelanjutan, terutama faktor keseimbangan antara perilaku manusia dan alam. Berbicara mengenai Blue Economy tidak terlepas dari Green Economy dan Brown Economy. Green Economy memang telah cukup untuk mendorong sistem investasi Low Carbon,Resource Efficient,Clean,Waste Minimizing and Ecosystem Enhacing Activities, namun tidak mampu menjawab persoalan dasar dikarenakan sistem ekonomi yang berlaku dilihat seperti apa adanya, kemudian produk dan jasa Green Economy cenderung lebih mahal karena membutuhkan lebih banyak investasi. Blue Economy menjadi perubahan paradigma ekonomi dengan menggunakan logika ekosistem,yaitu yang pertama, belajar dari cara kerja alam, yaitu cara kerja ekosistem; sesuai dengan apa yang disediakan alam dan cara bekerja dengan efisiensi tinggi dan existing system is problematic karena itu memerlukan sebuah perubahan. Yang kedua, cara kerja ekosistem, yaitu dijadikan model Blue Economy seperti air mengalir dari gunung membawa nutrien dan energi untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan seluruh makhluk hidup dan tanaman yang berinteraksi dan saling menghidupi. Hanya dengan gravitasi energi didistribusikan secara efisien dan merata tanpa henti dan tanpa ekstraksi energi eksternal dan yang ketiga adalah Inovasi dan Kreativitas, Blue Econmy berkembang karena Inovasi dan Kreativitas.


Secara Global maupun Regional, wilayah lautan serta pesisir memiliki arti penting dan strategis bagi pembangunan Indonesia karena mempunyai kegunaan dan manfaat yang besar bagi bangsa Indonesia.Secara ekonomi, Bidang kelautan menjadi arus utama kebijakan ekonomi nasional. Secara politis, harus didukung oleh visi dan konsensus bersama oleh pengambil kebijakan. Pengembangan wilayah kawasan Blue Economy (Blue Economy Zone) dibagi menjadi tiga kawasan yang saling berintegrasi diantara subsektor dan menghasilkan zero weist adalah : Gugusan pulau-pulau kecil ,Kawasan teluk dan pesisir,Kawasan konservasi.

Contoh Kawasan yang dikelola dengan Blue Economy :

• Lombok Timur,wilayah perikanan tangkap berpadu dengan perikanan budidaya (rumput laut, garam,mutiara ) yang berintergasi dengan tourisme.

• Anambas, wilayah yang memiliki tempat budidaya napoleon dan kerapu.

Diharapkan Blue Economy di beberapa daerah tersebut terintegrasi,mampu berkembang,menjadi daya tarik tersendiri ,dan memberi manfaat kepada para pelaku bisnis dan masyarakat lokal. 

Tantangan penguatan Blue economy di  Indonesia bidang kelautan di tahun 2050 adalah menyediakan nutrisi untuk kenaikan populasi manusia yang diperkirakan mencapai 9 miliar penduduk. Diharapkan di 2050 terjadi peningkatan produksi yang berkaitan dengan aquaculture sebagai masa depan perikanan.

Hasil produk perikanan diharapkan bisa mengoptimalkan seluruh bagian produk ikan atau hasil laut lainnya agar mampu meningkatkan nilai daya tambah dan mengurangi limbah. Tantangan  penguatan Blue economy dalam bidang perikanan lainnya adalah keberpihakan dan keberlanjutan kebijakan,blue economy bukan hanya trend tetapi pola yang dikembangkan dalam perkembangan produk hasil laut.


Bapak Dr.A.A. Handoko Suryana,S.Pi,Mt dalam webinar tersebut menegaskan bahwa salah satu langkah untuk meningkatkan daya saing dan daya tambah itu sendiri adalah mengkaji dan terus mengembangkan berbagai inovasi serta ditumbuhkannya inovasi-inovasi dalam mengintegrasikan berbagai aktivitas-aktivitas yang saling menguntungkan dan menghasilkan zero weist,oleh karena itu dengan adanya blue economy, diharapkan nilai tambah dan daya saing bisa terus bertambah sehingga dengan adanya nilai tambah tersebut berbagai aktivitas perikanan bisa berdampak lebih besar ke masyarakat. 

Referensi

Webinar OCEANTALKS 7.0 “Building Stronger Blue Economy for National Economic Recovery, Pada tanggal 19 Juni 2021