Follow us

Morfologi dan Geologi Dasar Laut Perairan Teritorial Indonesia (Mitigasi Kebocoran Pipa Gas Bawah Laut)



Ketua Kelompok Peneliti Eksplorasi Sumber Daya Geologi LIPI Bapak Dr. Ir. Haryadi Permana menjadi pembicara dalam kegiatan Ocean Talks 8.0 : 2021 Series yang diselenggarakan oleh National Oceanographic pada hari Sabtu, 24 Juli 2021. Dalam kesempatannya disampaikan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merupakan lembaga pemerintahan langsung dibawah Presiden yang akan mewadahi semua fungsi kelitbangan termasuk program dan anggarannya. Untuk saat ini sedang dibentuk dari unsur ristek ada 4 LPNK salah satunya adalah LIPI, dan 48 Unit Litbang yang anggotanya berasal dari Kementerian Lembaga. LIPI sebagai peneliti diminta untuk bergabung dalam Himpunan Peneliti Indonesia atau Himpenindo, sebagai organisasi profesi bagi Iptek pendukung penelitian.


Di dalam film Deepwater Horizon dijelaskan bahwa minyak bumi yang dioperasikan BP Exploration & Production di teluk Meksiko meledak, terbakar, dan roboh. Ada 4 juta berel minyak yang tumpah selama 87 hari, dan menewaskan 11 orang. Jumlah pembayaran penalty dari kejadian ini mencapai US$5,5 juta, dan US$8,8 juta untuk menanggung kerugian kerusakan alam. Kebocoran minyak tersebut mencemari 5 negara bagian di pantai Amerika Serikat. 11 tahun kemudian, terjadi kecelakaan ledakan minyak lagi di bawah laut mencapai diameter 12 inchi. Ada perbedaan dari 2 kejadian tersebut, yang pertama merupakan terjadinya kebocoran minyak yang terjadi pada lubang bor dan rig. Sementara di kejadian kedua terjadi pada pipa penyaluran minyak.

Dalam hal ini, industri migas merupakan industri dengan standart SOP yang ketat, bahkan alat dan bahan untuk bekerja juga harus memenuhi standart SNI. Di luar dari masalah pemboran gas di bawah laut, hal ini merupakan masalah ilmiah dan antropogenik. Tatanan geologi Indonesia mulai terbentuk dari 5 juta tahun yang lalu, terbentuk dari jahitan tektonik, suture kepingan-kepingan fragmen mikro kontinen-oseanik, yang berumur dari mesosoik. Diantaranya mengandung atau berpotensi sebagai sumber minyak.

Perairan Indonesia merupakan bagian dari Laut Natuna sampai Laut Jawa dan Laut Arafura. Kawasan lainnya terbentuk dari tabrakan kerak kontinen-oseanik atau peregangan kerak. Kawasan Laut Natuna hingga Laut Jawa di kawasan barat dan Laut Arafura di sisi timur perairan Indonesia merupakan kawasan laut dangkal yang dalamnya hanya 50-100 meter. Dasar pemasangan pipa bawah laut telah diatur dalam Kepmen KP No 14.2021 tentang Peta Alur Pipa Bawah Laut.


Jaringan pipa eksisting di perairan laut Jawa-Natuna, secara alamiah relatif aman dari ancaman gempa bumi, tsunami, dan longsor. Namun yang perlu dikhawatirkan adalah jaringan pipa yang berada di sekitar Selat Sunda, Selat Makassar,dan juga jaringan pipa yang berada di utara Jawa, karena jaringan pipa di wilayah tersebut sempat terdampak beberapa bencana alam dan merupakan daerah pelayaran sibuk. Penggunaan ROV adalah hal yang sangat penting untuk dapat memonitor adanya rembesan gas melalui retakan batuan. Aturan Kepmen dapat diberlakukan di kawasan perairan dangkal di timut Indonesia seperti di Laut Arafura

Lalu apakah mungkin kejadian kebocoran pipa migas dapat terjadi lagi di Indonesia?

Jika dilihat dari beberapa kejadian di atas, mayoritas kesalahan yang terjadi bukanlah dari segi pembuatan atau desainnya, melainkan dari kejadian alamiah. Namun dalam hal ini ancaman ilmiah merupakan relatif minim, kecuali ketika terjadi letusan Krakatau atau gempa besar di Samudera Hindia

Referensi

Webinar OCEANTALKS 8.0 “Kebocoran Pipa Gas Bawah Laut Di Samudera Atlantik, Berpotensi Terjadi Serupa di Indonesia ?", Pada tanggal 24 Juli 2021