Mengenal Arus Lintas Indonesia (ARLINDO)
- Vega Kharisma., S.Kel
- 30 Oct 2017
Pernahkah berpikir apa yang menjadi perbedaan nyata antara sungai dan danau dengan laut? Padahal keduanya sama-sama perairan yang sangat luas. Banyak yang beranggapan perbedaannya terletak pada sifat airnya dimana air di sungai dan danau bersifat tawar sementara air di laut bersifat asin. Namun yang menjadi perbedaan sesungguhnya adalah perairan laut memiliki sifat yang dinamis dimana ia akan terus bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Bergeraknya massa air di laut ini salah satunya dipengaruhi oleh arus. Arus merupakan pergerakan massa air baik secara vertikal dan horizontal yang dipengaruhi oleh tiupan angin di permukaan laut maupun perbedaan densitas (kerapatan) air laut. Di dunia, arus akan terus ada meliputi semua samudera sehingga membentuk sebuah siklus yang disebut sirkulasi arus laut global. Sirkulasi arus global menggambarkan gerakan aliran hangat yang dilanjutkan dengan gerakan aliran dingin yang terus bergerak melewati seluruh samudera di dunia.
Gambar 1. Arus Laut Global
(sumber: Constantine Alexander’s Journal)
Indonesia sebagai negara dengan julukan “negara maritim” tentu bukan tanpa alasan. Hal ini didasarkan karena potensi lautnya yang begitu besar. Salah satu faktornya adalah adanya arus lintas Indonesia atau yang lebih dikenal dengan ARLINDO. Arus ini melintasi wilayah Indonesia dikarenakan wilayah Indonesia yang berada di antara dua perairan besar yaitu Samudera Pasifik (di bagian utara dan timur) serta Samudera Hindia (di bagian selatan dan barat daya). ARLINDO juga dianggap sebagai “bocornya” massa air Samudera Pasifik bagian barat menuju bagian tenggara Samudera Hindia melalui perairan Indonesia. Aliran massa air ini terjadi sebagai akibat dari adanya perbedaan tekanan dua samudera tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa angin memiliki pengaruh terhadap pergerakan massa air, dalam hal ini, di dunia dikenal adanya sistem angin pasat. Di wilayah Pasifik, angin yang sangat mempengaruhi adalah angin pasat tenggara. Angin pasat tenggara akan mempengaruhi geraknya massa air di Samudera Pasifik. Dalam keadaan normalnya, angin akan mendorong massa air di Pasifik ke bagian barat (mendekati wilayah Indonesia) yang menyebabkan terjadinya penumpukan massa air. Penumpukan massa air inilah yang menjadi penyebab adanya perbedaan tekanan antara Samudera Pasifik dan Hindia.
Dalam beberapa penelitian diketahui bahwa alur masuknya ARLINDO yaitu
Selat Makassar, Laut Maluku, dan Laut Halmahera (Gambar 2 dan 3). Selat
Makassar juga dianggap sebagai jalur utama masuknya ARLINDO. Massa air
yang berasal dari Pasifik Utara bergerak ke wilayah Laut Sulawesi lalu
menuju Selat Makassar dan menuju “jantung” perairan Indonesia. Kemudian
setelah berada di perairan Indonesia, jalur dari Selat Makassar ini
terbagi menjadi dua cabang yaitu menuju ke barat daya Indonesia atau ke
Samudera Hindia melalui Selat Lombok dan cabang lainnya bergerak ke
wilayah timur Indonesia tepatnya Laut Banda melalui Laut Flores. Di Laut
Banda, massa air akan mengalami percampuran dengan massa air yang
berasal dari Pasifik Selatan yang masuk melalui Laut Halmahera, Laut
Maluku, dan Laut Seram. Campuran massa air yang berada di Laut Banda ini
kemudian akan bergerak menuju Samudera Hindia melalui Selat Ombai dan
Celah Timor. Gerbang kedua yang dianggap sebagai jalur masuknya ARLINDO
adalah Laut Maluku. Massa air dari Pasifik bergerak melalui Laut Maluku
menuju Laut Seram dengan melewati Selat Lifamatola kemudian dari Laut
Seram bergerak menuju Selat Manipa ke Laut Banda. Dan gerbang ketiga
masuknya ARLINDO adalah Laut Halmahera dimana massa air Pasifik Selatan
melalui laut ini bergerak menuju Laut Seram dan Cekungan Aru. Kemudian
terjadi percampuran dengan massa air yang berasal dari Laut Banda.
Setelah tejadinya percampuran, massa air kemudian menuju Samudera Hindia
melalui bagian timur Laut Timor.
Gambar 2. Jalur Masuk ARLINDO
(sumber: Gordon, 2005)
(sumber: The Geological Society of London)
Sumber:
Gordon, A. L. 2005. Oceanography of The Indonesian Seas and Their Throughflow. Oceanography. Vol. 18, No. 4. 14-27.Hasanudin, M. 1998. Arus Lintas Indonesia (ARLINDO). Jurnal Oseana. Vol. XXIII, No. 2. Hal 1-9. LIPI.
Alexander, C. 2014. Ancient Ocean Currents May Have Changed Pacing and Density of Ice Ages. http://www.constantinealexander.net/2014/06/ancient-ocean-currents-may-have-changed-pacing-and-intensity-of-ice-ages.html
Wyrtki, K. 2005. Discovering the Indonesian Through Flow. Oceanography. Vol 18, No. 4, 28-29