Follow us

Siklon Tropis Penyebab Gelombang Badai. Bagaimana Dampaknya Untuk Indonesia?



Siklon Tropis

Siklon tropis adalah sistem angin pusaran yang biasanya terbentuk di lautan dimana suhu permukaan lautnya melebihi 26,5 derajat celcius (daerah pusat tekanan rendah di tropis) diantara garis lintang ±5 derajatLintang Utara Selatan (LU/LS) menjauhi ekuator. Evolusi siklon tropis di dasari dari penambahan kecepatan angin yang drastis dimana Depresi Tropis terjadi pada kecepatan angin sekitar 20 knot, Badai Tropis kecepatan angin meningkatt antara 34 knot dan 64 knot dan Siklon Tropis Kecepatan angin melebihi 64 knot.Siklon tropis terbentuk di lautan tropis. Wilayah pembentukan siklon tropis tersebut dibagi menjadi 6 bagian, yaitu: 1) Samudera Atlantik Utara. 2) Samudera Pasifik Utara bagian Timur, 3) Samudera Pasifik Utara bagian Barat. 4) Samudera Hindia Utara, 5) Samudera Hindia Selatan bagian Barat. 6) Samudera Hindia Selatan bagian Timur dan 7) Samudera Pasifik Selatan bagian Barat.


Gambar 1. Lokasi Terjadinya Siklon Tropis

(Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika)


Mekanisme dan Syarat Pembentukan Siklon Tropis

1. Suhu Permukaan Laut

Terdapat air laut yang hangat dengan temperatur sekitar 26,5 derajat celcius hingga kedalaman tertentu (sekitar 50 meter).
2. Atmosfer
Atmosfer yang mengalami pendinginan secara cepat terhadap ketinggian. Adanya lapisan yang relatif basah dekat troposfer bagian tengah (pada ketinggian 5 km).
3. Corriolis & Angin
Jarak minimum terhadap ekuator setidaknya 500 km. Tanpa adanya gaya Coriolis, daerah tekanan rendah tidak akan dapat terus dipertahankan. Shear angin vertikal yang rendah di antara permukaan dan bagian atas troposfer (kurang dari 10 m/detik) Shear angin vertikal adalah besar perubahan angin terhadap ketinggian. Shear angin vertikal yang besar akan mengacaukan atau mengganggu siklon tropis yang baru saja terbentuk atau mencegah terjadinya pembentukan siklon tropis. Jika siklon tropis telah terbentuk, shear angin vertikal akan memperlemah atau menghancurkan siklon tropis tersebut dengan mengganggu konveksi yang terjadi di pusat siklon


Karakteristik Siklon Tropis

Tahap Pembentukan: Ditandai dengan adanya gangguan atmoster. Jika dilihat dari citra satelit cuaca, gangguan ini ditandai dengan wilayah konvektif dengan awan-awan cumulonimbus.
Tahap Belum Matang: Pada tahap ini wilayah konvektif kuat terbentuk lebih teratur membentuk sabuk perawanan melingkar (berbentuk spiral) atau membentuk wilayah yang bentuknya relatif bulat. Intensitasnya kecepatan angin maksimum yang meningkat hingga mencapai (kecepatan angin ≥ 34 knot atau 63 km/jam).
Tahap Matang: Pada tahap matang, bentuk siklon tropis cenderung stabil. Tekanan udara minimum di pusatnya dan angin maksimum di sekelilingnya yang tidak banyak mengalami fluktuasi berarti.
Tahap Pelemahan: Pada tahap punah, pusat siklon yang hangat mulai menghilang, tekanan udara meningkat dan wilayah dengan kecepatan angin maksimum meluas dan melebar menjauh dari pusat siklon.

Gambar 2. Karakteristik Pembentukan Siklon Tropis

(Sumber: Meteoologi ITB)


Faktor yang Mempengaruhi Gelombang Badai

Kekuatan dan Kecepatan Angin
Angin kencang akan menghasilkan lonjakan yang lebih tinggi. Badai yang lebih cepat akan menghasilkan lonjakan yang lebih tinggi.
Ukuran Badai dan Sudut Datang
Angin dalam badai yang lebih besar akan cenderung mempengaruhi lebih lama dari badai yang lebih kecil.Sebuah badai yang bergerak di darat tegak lurus ke pantai lebih cenderung menghasilkan gelombang badai yang lebih tinggi
Garis Pantai dan Topografi
Lonjakan badai akan semakin tinggi saat terjadi di garis pantai cekung. Gelombang badai yang lebih tinggi terjadi pada perairan pantai cenderung landai. Lonjakan badai sangat bergantung pada keadaan lokal seperti, barrier, sungai, dll


Gambar 3. Faktor yang Mempengaruhi Gelombang Badai

(Kiri) Kekuatan dan Kecepatan Angin, (Tengah) Topografi dan (Kanan) Kompleksitas Lokal

(Sumber: National Hurricane Centre NOAA)


Apakah Indonesia Dilalui oleh Siklon Tropis?

Menurut klimatologinya, wilayah Indonesia yang terletak di sekitar garis katulistiwa termasuk wilayah yang tidak dilalui oleh lintasan siklon tropis. Namun demikian banyak juga siklon tropis yang terjadi di sekitar wilayah Indonesia, dan memberikan dampak tidak langsung pada kondisi cuaca di Indonesia. Contohnya saja, siklon tropis Kirrily yang terbentuk di sekitar Kepulauan Aru, siklon tropis Inigo, yang pada saat masih berupa bibit siklon sempat melintasi Nusa Tenggara dan badai tropis Vamei (2001), yang diklaim sebagai badai tropis yang terbentuk paling dekat dengan katulistiwa yaitu di sekitar semenanjung Malaka, tepatnya pada koordinat 1.5° LU.


Gambar 4. Siklon Tropis yang Terbentuk di Indonesia

(Sumber: NASA and Meteorological Service Singapore)

Dampak siklon tropis yang terbentuk di indonesia memberikan pengaruh secara langsung maupun tidak langsung seperti Badai Inigo: Terjadi hujan lebat yang disertai angin kencang di Nusa Tenggara Timur, khususnya Kabupaten Ende dan Flores Timur, yang mengakibatkan banjir dan tanah longsor. Badai Kirrily: Gelombang setinggi >3 meter terpantau di perairan sekitar siklon tropis Kirrily mulai 26 April hingga 28 April 2007. Curah hujan tercatat per 24 jam >20mm yang terekam di database CMSS BMKG tercatat di Tual sebanyak 20mm, 92mm dan 193mm, masing-masing untuk tanggal 27, 28 dan 29 April 2009.Badai Vamei: muncul di koordinat 1,4 derajat LU di Laut China Selatan, 26 Desember 2001. Badai itu bergerak ke barat daya melintasi Riau dan meluruh di daratan Sumatera pada 28 Desember 2001. Kecepatan angin maksimumnya 140 km/jam. Wilayah daratan yang ekstrem panas di Riau diperkirakan memicu badai Vamei ini melintas justru mendekati wilayah ekuator.


Sumber:

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. "Siklon Tropis". http://meteo.bmkg.go.id/siklon/learn

Meteorologi ITB. "Simulasi Meteorologi". http://www.meteo.itb.ac.id/?page_id=110

National Hurricane Centre. "Storm Surge Overview". http://www.nhc.noaa.gov/surge/.

Tjasyono Bayong. 2004. "Klimatologi". ITB Press