Potensi Padi Apung Pada Lahan Gambut
- Jeki Anderson
- 09 Aug 2021
Kali
ini kami akan memberikan topik yang menarik, yaitu padi apung yang di
kolaborasikan dengan lahan gambut. Apakah padi bisa mengapung? Nah. Lahan
gambut lah menjadi wadah untuk padi tersebut bisa mengapung. Mari mengetahui
potensi padi apung pada lahan gambut secara jelas melalui informasi yang ada di
bawah ini.
Lahan
Gambut di Indonesia
Lahan
gambut adalah lahan yang sangat kaya dengan material organik, lahan gambut
terbentuk dari akumulasi pembusukan bahan-bahan organik selama ribuan tahun. Diketahui
bahwa lahan gambut memiliki potensi dua kali lebih banyak menyimpan
karbon dari pada hutan biasa yang tentunya akan sangat membantu dalam
penanganan krisis iklim di Dunia.
Pada
tahun 2005, Wetlands International sebuah organisasi global yang bekerja untuk
mempertahankan dan merestorasi lahan gambut dan sumber dayanya untuk masyarakat
dan keragaman hayati memperkirakan terdapat sekitar 20,6 juta hektar lahan
gambut di Indonesia. Lalu pada tahun 2011, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian dan Balai Penelitian Tanah memperkirakan ada sekitar 14,9 juta hektar
lahan gambut di Indonesia. Data tersebut menunjukkan bahwa keadaan lahan gambut
setiap tahun nya terancam.
Melalui Peraturan Presiden Nomor 120 tahun 2020 tentang Badan Restorasi Gambut dan Mangrove di bentuk Badan Restorasi Gambut dan Mangrove Republik Indonesia (BRGM). BRGM adalah Lembaga nonstruktural yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden bertugas memfasilitasi percepatan pelaksanaan restorasi gambut dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pada areal restorasi gambut serta melaksanakan percepatan rehabilitasi mangrove di provinsi target.
Penerapan
Padi Apung
Sistem produksi padi
nasional merupakan salah satu sistem yang dinilai rentan terhadap kemungkinan
perubahan dan anomali iklim, peningkatan intensitas bencana banjir sebagai efek
perubahan iklim global dapat menjadi ancaman serius terhadap keberlanjutan produksi
beras nasional. Keterbatasan lahan pun salah satu akibat dari perubahan iklim
yang selalu berubah.
Padi Apung merupakan salah satu teknik budidaya dalam pemanfaatan ruang lahan gambut yang cukup potensial di Indonesia dan upaya adaptasi terhadap perubahan iklim. Media tanam yang digunakan pada teknik padi apung menggunakan rakit yang terbuat dari bambu mudah terapung dan diisi dengan limbah jerami, sabut kelapa dan kompos organik dan ditutup dengan jaring.
Rakit media padi apung
dapat digunakan hingga 6 kali musim tanam
(Adinata, 2012). Metode tanam padi yang dipergunakan pada budidaya padi
apung adalah metode SRI (System Rice
Intensification). Metode SRI yaitu suatu metode untuk meningkatkan
produktivitas padi yang memanfaatkan dan mengelola kekuatan sumberdaya alam
secara terpadu (tanaman, tanah, air, biota, dan nutrisi) untuk meningkatkan
produktivitas tanaman padi yang berbasis organik (Berkelaar, 2001). Menurut
Mutakin (2012), metode SRI mampu meningkatkan produktivitas padi sebesar 50%, bahkan
di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%.
Menurut Adinata (2012),
perawatan padi apung tak jauh berbeda dengan perawatan padi pada umumnya. Dalam
satu kali tanam, pemupukkan dilakukan sebanyak 10 kali dengan jarak waktu
pemupukan satu minggu. Pupuk yang dipergunakan adalah PPC (Pupuk Pelengkap
Cair) dan MOL (Micro Organism Local).
Penggunaan PPC dan MOL tentu tidak akan menambah beban pada rakit, berbeda
dengan pupuk kompos yang apabila diaplikasikan akan menambah beban pada rakit
yang dapat menimbulkan resiko rusaknya rakit.
Masyarakat Desa Muara
Enggelam, Kecamatan Muara Wiss, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi
Kalimantan Timur sudah menerapkan budidaya padi apung. Mereka memanfaatkan
ruang wilayah mereka yang dominan dengan lahan gambut serta sebagai upaya dalam
mengatasi perubahan iklim yang mengakibatkan banjir. Masyarakat memanen pada
padi apung dengan bantuan perahu. Perahu digunakan sebagai tempat penyimpanan
hasil pane lalu petani
akan berenang untuk memanen.
Keunggulan dari sistem
padi apung adalah tidak perlu melakukan penyiraman karena air berdifusi dari
bawah media dan praktek budidaya ini bersifat organik. Selain pada tanaman
padi, teknik ini juga bisa dilakukan pada komoditas pertanian lainnya, seperti
kangkung.
Nah, bagaimana
teman-teman? Apakah tertarik bercocok tanam di lahan gambut? Melihat potensi
lahan gambut yang ada di Indonesia tentunya akan sangat membantu pemerintah dan
masyarakat jika bisa dimanfaatkan dengan baik dan menerapkan konsep
berkelanjutan. Semoga informasi ini bisa membantu kamu ya.
Sumber Referensi
pantaugambut.id (https://www.pantaugambut.id/pelajari)
brg.go.id (https://brg.go.id/tentang-brgm/)
indonesia.wetlands.org/id (https://indonesia.wetlands.org/id/wetlands/apa-lahan-basah-itu/)