Follow us

Peran Lamun dalam Mengatasi Global Warming



       `Lapisan udara yang menyelimuti atmosfer bumi dari tahun ke tahun semakin panas. Sektor industri dan kendaraan berbahan bakar minyak menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca (Rahadiarta et al., 2019). Emisi gas rumah kaca yang paling besar adalah CO2. Gas CO2 menjadi perhatian penting karena memiliki kontribusi yang paling tinggi terhadap kandungan gas rumah kaca, yaitu sebesar 55% dari emisi karbon yang dihasilkan oleh aktivitas manusia Keberadaannya di atmosfer yang semakin meningkat dan minimnya pengikatan oleh tumbuhan hijau dapat menyebabkan pemanasan global.


           Peningkatan kandungan CO2 menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca di atmosfer yang mengakibatkan terjadinya pemanasan global yang kemudian memicu terjadinya perubahan iklim. Salah satu sumberdaya laut sebagai penyerap gas CO2 dalam upaya mitigasi pemanasan global adalah ekosistem lamun (Maharani et al., 2018).

       
            Lamun merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang memiliki kemampuan beradaptasi secara penuh di perairan yang memiliki fluktuasi salinitas tinggi, hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Komunitas lamun berada di antara batas terendah daerah pasang surut sampai kedalaman tertentu dimana cahaya matahari masih dapat mencapai dasar laut. Berbagai jenis ikan menjadikan daerah padang lamun sebagai daerah mencari makan (feeding ground), pengasuhan larva (nursery ground), tempat memijah (spawning ground), sebagai stabilitas dan penahanan sedimen, mengurangi dan memperlambat pergerakan gelombang, sebagai tempat terjadinya siklus nutrien dan fungsinya sebagai penyerap karbon di lautan (carbon sink) atau dikenal dengan istilah blue carbon (Graha et al., 2016).

   
        Lamun seperti tumbuhan lainnya memerlukan CO2 untuk fotosintesis, tumbuh dan berkembang yang tersimpan dalam biomassa, baik bagian atas (yang berada di atas tanah) seperti daun dan biomassa bagian bawah (yang berada dalam tanah) seperti rhizoma dan akar. Dalam melakukan fotosintesis lamun memanfaatkan karbon anorganik di kolom air sehingga lamun dapat mereduksi CO2. Hal ini menunjukkan adanya kemampuan ekosistem lamun menenggelamkan (sink) CO2 dari atmosfer ke laut dengan mekanisme adanya perbedaan tekanan parsial dari atmosfer ke laut untuk fotosintesis yang kemudian tersimpan baik dalam bentuk biomassa lamun itu sendiri maupun tersimpan di dasar perairan atau sedimen (Rustam et al., 2019).


        Lamun memiliki kemampuan untuk menyerap CO2 melalui proses fotosintesis. Karbon yang diserap lamun sebagian digunakan sebagai energi dan sebagian lainnya disimpan dalam jaringan-jaringan tubuhnya dalam bentuk dan menyimpannya ke dalam jaringan-jaringan di tubuhnya dalam bentuk biomassa. Biomassa lamun adalah satuan berat (berat kering atau berat abu) lamun bagian tumbuhan yang berada di atas substrat (daun, seludang, buah dan bunga) dan atau bagian di bawah substrat (akar dan rimpang) yang sering dinyatakan dalam satuan gram berat kering per m2 (gbk/m2) (Khairunnisa et al., 2013).


           Ekosistem padang lamun dapat berkemampuan menyerap dan memindahkan jumlah besar karbon dari atmosfer setiap harinya, lalu mengendapkannya dalam jaringan atau sedimen untuk waktu yang lama sehingga keberadaan lamun di bumi sangat diperlukan sebagai jasa dalam penyerapan sekuestrasi karbon. Proses fotosintesis berfungsi sebagai penyerap karbon di lautan, dimulai dari plankton yang mikroskopis atau tumbuhan yang hanya hidup di pantai, seperti tanama bakau, padang lamun, ataupun tumbuhan yang hidup di rawa payau (Rustam et al., 2019).


        Penyimpanan karbon pada lamun terakumulasi banyak pada sedimen, karena rhizoma dan daun mengalami banyak gangguan lingkungan. Masyarakat pada umumnya belum mengetahui apa itu lamun, sehingga pemahaman tentang manfaat lamun dan pentingnya melestarikan lamun masih rendah. Pertumbuhan dan kepadatan lamun sangat dipengaruhi oleh pola pasang surut, turbiditas, salinitas dan temperatur perairan, sedangkan kegiatan manusia di wilayah pesisir seperti perikanan, pembangunan perumahan, pelabuhan dan rekreasi dapat mempengaruhi eksistensi lamun (Khairunnisa et al., 2018).


           Karbon (C) merupakan unsur yang berasal dari pengikatan CO2 oleh tumbuhan dan di dalam biomassa tanaman melalui proses fotosintesis. Fenomena ini menyebabkan perubahan iklim yang berdampak pada meningkatnya suhu ekstrim, banjir, topan, badai, kekeringan dan naiknya permukaan laut hingga makhluk hidup (manusia dan hewan) merasakan dampak negatif langsung dari pemanasan global (Nordlund et al., 2016). Gas CO2 dapat larut dalam air sehingga dapat di serap oleh tumbuhan air. Peningkatan emisi gas CO2 harus di imbangi dengan peningkatan penyerapan oleh tanaman dengan cara fotosintesis.


        Laut memiliki peranan yang penting dalam siklus karbon, sekitar 93% CO2 di bumi disimpan dalam lautan UNEP, FAO dan UNESCO pada tahun 2009 telah memperkenalkan konsep blue carbon yaitu menekankan pentingnya ekosistem laut dan pesisir sebagai pengendali iklim (Hartati et al., 2017). Mangrove dan Lamun adalah tumbuhan laut yang memiliki kemampuan sama dengan tumbuhan darat dalam menyerap CO2 dan menghasilkan O2. Kemampuan lamun dalam melakukan fotosintesis memanfaatkan CO2 dan menyimpannya dalam biomassa dikenal sebagai karbon biru (blue carbon).


        Pentingnya peranan ekosistem lamun seharusnya menjadi salah satu alasan kita untuk menjaganya. Selain mampu mengurangi dampak perubahan iklim, lamun juga memiliki peranan yang sangat penting bagi biota di lautan.

           

 

DAFTAR PUSTAKA

Hartati, R., Pratikto, I., dan Pratiwi, T.N. 2017. Biomassa dan Estimasi Simpanan Karbon pada Ekosistem Padang Lamun di Pulau Menjangan Kecil dan          Pulau Sintok, Kepulauan Karimunjawa. Jurnal Ilmu Kelautan, 17(4): 217- 225

Khairunnisa., I. Setyobudiandi., dan M. Boer. 2013. Estimasi Cadangan Karbon pada Lamun di Pesisir Timur Kabupaten Bintan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis (10) 3: 639-650.

Maharani, S., Zulkifli., dan B. Amin. 2019. Potensi Penyimpanan Karbon pada Lamun di Perairan Pantai Nirwana Kota Padang Sumatera Barat. Universitas Riau.

Nordlund, L., Koch, E.W., Barbier, E.B. & Creed, J.C. 2016. Seagrass Ecosystem Services and Their Variability Across Genera and Geographical Regions. PLoS ONE, 11(10):1-23.

Rahadiarta, I., Vidyananda, S. & Yulianto, S. 2019. Simpanan Karbon Org pada Padang Lamun di Kawasan Pantai Mengiat Nusa Dua Bali. Journal of     Marine and Aquatic Sciences, 5(1):1-10.

Rustam, A dkk. 2019. Pedoman Pengukuran Karbon di Ekosistem Padang Lamun. Bandung: ITB Press

Tangke, U. 2010. Ekosistem Padang Lamun (Manfaat, Fungsi dan Rehabilitasi. Jurnal       Ilmiah dan Perikanan, 3(1):1-21.