Peran Lamun dalam Mengatasi Global Warming
- Apryani Susanti
- 26 Feb 2021
.png)
`Lapisan udara yang menyelimuti atmosfer bumi dari tahun ke tahun semakin panas. Sektor industri dan kendaraan berbahan bakar minyak menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca (Rahadiarta et al., 2019). Emisi gas rumah kaca yang paling besar adalah CO2. Gas CO2 menjadi perhatian penting karena memiliki kontribusi yang paling tinggi terhadap kandungan gas rumah kaca, yaitu sebesar 55% dari emisi karbon yang dihasilkan oleh aktivitas manusia Keberadaannya di atmosfer yang semakin meningkat dan minimnya pengikatan oleh tumbuhan hijau dapat menyebabkan pemanasan global.
Peningkatan
kandungan CO2 menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca di
atmosfer yang mengakibatkan terjadinya pemanasan global yang kemudian memicu
terjadinya perubahan iklim. Salah satu sumberdaya laut sebagai penyerap gas CO2
dalam upaya mitigasi pemanasan global adalah ekosistem lamun (Maharani et al., 2018).
Lamun
merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang memiliki kemampuan
beradaptasi secara penuh di perairan yang memiliki fluktuasi salinitas tinggi,
hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati.
Komunitas lamun berada di antara batas terendah daerah pasang surut sampai
kedalaman tertentu dimana cahaya matahari masih dapat mencapai dasar laut. Berbagai
jenis ikan menjadikan daerah padang lamun sebagai daerah mencari makan (feeding
ground), pengasuhan larva (nursery ground), tempat memijah (spawning
ground), sebagai stabilitas dan penahanan sedimen, mengurangi dan
memperlambat pergerakan gelombang, sebagai tempat terjadinya siklus nutrien dan
fungsinya sebagai penyerap karbon di lautan (carbon sink) atau dikenal
dengan istilah blue carbon (Graha et al., 2016).
Lamun
seperti tumbuhan lainnya memerlukan CO2 untuk fotosintesis, tumbuh
dan berkembang yang tersimpan dalam biomassa, baik bagian atas (yang berada di
atas tanah) seperti daun dan biomassa bagian bawah (yang berada dalam tanah)
seperti rhizoma dan akar. Dalam melakukan fotosintesis lamun memanfaatkan
karbon anorganik di kolom air sehingga lamun dapat mereduksi CO2.
Hal ini menunjukkan adanya kemampuan ekosistem lamun menenggelamkan (sink)
CO2 dari atmosfer ke laut dengan mekanisme adanya perbedaan tekanan
parsial dari atmosfer ke laut untuk fotosintesis yang kemudian tersimpan baik
dalam bentuk biomassa lamun itu sendiri maupun tersimpan di dasar perairan atau
sedimen (Rustam et al., 2019).
Lamun
memiliki kemampuan untuk menyerap CO2 melalui proses fotosintesis.
Karbon yang diserap lamun sebagian digunakan sebagai energi dan sebagian
lainnya disimpan dalam jaringan-jaringan tubuhnya dalam bentuk dan menyimpannya
ke dalam jaringan-jaringan di tubuhnya dalam bentuk biomassa. Biomassa lamun
adalah satuan berat (berat kering atau berat abu) lamun bagian tumbuhan yang
berada di atas substrat (daun, seludang, buah dan bunga) dan atau bagian di
bawah substrat (akar dan rimpang) yang sering dinyatakan dalam satuan gram
berat kering per m2 (gbk/m2) (Khairunnisa et al.,
2013).
Ekosistem
padang lamun dapat berkemampuan menyerap dan memindahkan jumlah besar karbon
dari atmosfer setiap harinya, lalu mengendapkannya dalam jaringan atau sedimen
untuk waktu yang lama sehingga keberadaan lamun di bumi sangat diperlukan
sebagai jasa dalam penyerapan sekuestrasi karbon. Proses fotosintesis berfungsi
sebagai penyerap karbon di lautan, dimulai dari plankton yang mikroskopis atau
tumbuhan yang hanya hidup di pantai, seperti tanama bakau, padang lamun,
ataupun tumbuhan yang hidup di rawa payau (Rustam et al., 2019).
Penyimpanan
karbon pada lamun terakumulasi banyak pada sedimen, karena rhizoma dan daun
mengalami banyak gangguan lingkungan. Masyarakat pada umumnya belum mengetahui
apa itu lamun, sehingga pemahaman tentang manfaat lamun dan pentingnya
melestarikan lamun masih rendah. Pertumbuhan dan kepadatan lamun sangat
dipengaruhi oleh pola pasang surut, turbiditas, salinitas dan temperatur
perairan, sedangkan kegiatan manusia di wilayah pesisir seperti perikanan,
pembangunan perumahan, pelabuhan dan rekreasi dapat mempengaruhi eksistensi
lamun (Khairunnisa et al., 2018).
Karbon
(C) merupakan unsur yang berasal dari pengikatan CO2 oleh tumbuhan
dan di dalam biomassa tanaman melalui proses fotosintesis. Fenomena ini
menyebabkan perubahan iklim yang berdampak pada meningkatnya suhu ekstrim,
banjir, topan, badai, kekeringan dan naiknya permukaan laut hingga makhluk
hidup (manusia dan hewan) merasakan dampak negatif langsung dari pemanasan
global (Nordlund et al., 2016). Gas CO2 dapat larut dalam air
sehingga dapat di serap oleh tumbuhan air. Peningkatan emisi gas CO2
harus di imbangi dengan peningkatan penyerapan oleh tanaman dengan cara
fotosintesis.
Laut
memiliki peranan yang penting dalam siklus karbon, sekitar 93% CO2
di bumi disimpan dalam lautan UNEP, FAO dan UNESCO pada tahun 2009 telah
memperkenalkan konsep blue carbon yaitu menekankan pentingnya ekosistem
laut dan pesisir sebagai pengendali iklim (Hartati et al., 2017).
Mangrove dan Lamun adalah tumbuhan laut yang memiliki kemampuan sama dengan
tumbuhan darat dalam menyerap CO2 dan menghasilkan O2. Kemampuan
lamun dalam melakukan fotosintesis memanfaatkan CO2 dan menyimpannya
dalam biomassa dikenal sebagai karbon biru (blue carbon).
Pentingnya
peranan ekosistem lamun seharusnya menjadi salah satu alasan kita untuk
menjaganya. Selain mampu mengurangi dampak perubahan iklim, lamun juga memiliki
peranan yang sangat penting bagi biota di lautan.
DAFTAR PUSTAKA
Hartati, R., Pratikto,
I., dan Pratiwi, T.N. 2017. Biomassa dan Estimasi Simpanan Karbon pada Ekosistem
Padang Lamun di Pulau Menjangan Kecil dan Pulau
Sintok, Kepulauan Karimunjawa. Jurnal Ilmu Kelautan, 17(4): 217- 225
Khairunnisa., I. Setyobudiandi., dan M. Boer. 2013. Estimasi Cadangan Karbon pada Lamun di Pesisir Timur Kabupaten Bintan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis (10) 3: 639-650.
Maharani, S., Zulkifli., dan B. Amin. 2019. Potensi Penyimpanan Karbon pada Lamun di Perairan Pantai Nirwana Kota Padang Sumatera Barat. Universitas Riau.
Nordlund, L., Koch, E.W., Barbier, E.B. & Creed, J.C. 2016. Seagrass Ecosystem Services and Their Variability Across Genera and Geographical Regions. PLoS ONE, 11(10):1-23.
Rahadiarta, I., Vidyananda, S. & Yulianto, S. 2019. Simpanan Karbon Org pada Padang Lamun di Kawasan Pantai Mengiat Nusa Dua Bali. Journal of Marine and Aquatic Sciences, 5(1):1-10.
Rustam, A dkk. 2019. Pedoman
Pengukuran Karbon di Ekosistem Padang Lamun. Bandung: ITB Press
Tangke, U. 2010. Ekosistem Padang Lamun (Manfaat, Fungsi dan Rehabilitasi. Jurnal Ilmiah dan Perikanan, 3(1):1-21.
Recent Articles




