Follow us

Pemanfaatan Minyak Hati Hiu untuk Vaksin Beserta Dampak Terhadap Populasi Hiu



Dalam kegiatan webinar Ocean Talks 9.0 : 2021 Series dibuka dengan sambutan dari Kak Mujizat Alam selaku founder National Oceanographic yang mengutip penelitian terbaru mengenai populasi hiu di dunia yang dipublikasikan pada jurnal Nature dengan judul "Half a century of global decline in oceanic sharks and rays" bahwa populasi hiu di seluruh dunia mengalami penurunan drastis sebanyak 71% selama 50 tahun terakhir dan bahkan Indonesia menjadi negara dengan penangkapan hiu terbesar di dunia, mencapai 12,31 persen atau 88.790 ton per tahun. Hiu ditangkap untuk diambil daging, sirip dan minyaknya. Beliau juga memandang sumber daya ini tidak berkelanjutan atau tidak dapat diandalkan untuk diproduksi massal sebagai vaksin Covid-19 karena akan berdampak pada penangkapan ratusan ribu bahkan jutaan hiu yang akan berujung pada ambang kepunahan.


Vaksin merupakan virus atau bakteri yang dilemahkan atau dimatikan untuk merangsang pembentukan kekekalan tubuh seseorang. Vaksin bermanfaat sebagai proteksi dan dapat membentuk kekebalan kelompok (herd immunity). Moh. Rahmat, Kepala Bagian Manajemen Produk PT Bio Farma (Persero) Tbk, pada Ocean Talks 9.0 menjelaskan bahwa vaksinasi selain dapat melindungi diri kita sendiri dari penyakit yang mudah menular dan berbahaya juga dapat melindungi orang di sekitar kita. Paling tidak diperlukan vaksinasi terhadap 80% penduduk dari suatu wilayah agar tidak menularkan penyakit dan dapat melindungi orang disekitarnya. Komponen aktif vaksin adalah bagian kecil atau keseluruhan dari virus atau bakteri. Sedangkan komponen tambahan vaksin diantaranya adalah preservatif, adjuvant, dan stabilizer.

 

Gambar 1 Komponen Vaksin

Beberapa jenis vaksin COVID-19 yang telah ditemukan diantaranya adalah AstraZeneca, SINOVAC, Pfizer, Moderna, dan vaksin lainnya. Dukungan untuk percepatan pengembangan vaksin COVID-19 BUMN diantaranya sebagai berikut.

1.      BPOM melakukan pendampingan serta relaksasi untuk pengawalan percepatan vaksin COVID-19 BUMN

2.      Dukungan dana dari Kementerian Kesehatan RI

3.      Diplomasi dan percepatan penyediaan bahan baku: Bea Cukai dan Kementerian Kesehatan

Beberapa adjuvant (bahan tambahan) yang digunakan pada proses pembuatan vaksin bersumber dari biota-biota laut. Moch. Untung Kurnia Agung yaitu peneliti dari Laboratorium Bioteknologi dan Molekuler (MICROMOL) FPIK Unpad pada Ocean Talks 9.0 menjelaskan bahwa biota-biota laut dapat dijadikan sebagai obat-obatan, kosmetik, dan lainnya. Potensi laut Indonesia memang sangat menjanjikan karena banyaknya manfaat yang dapat kita ambil. Salah satu potensi yang berasal dari laut adalah hiu. Hiu tidak diperoleh dengan mudah karena hiu merupakan ikan demersal. Salah satu manfaat dari hiu adalah dapat dijadikan sebagai komposisi kosmetik dan vaksin karena minyak hati hiu mengandung squalene. Salah satu komponen vaksin adalah adjuvant yang memanfaatkan minyak hati hiu, tapi tidak semua vaksin menggunakan adjuvant. Beberapa vaksin yang memiliki adjuvant dengan komposisi minyak hati hiu adalah MF59 dan AS03. Penggunaan squalene untuk setiap dosis vaksin MF59 berkisar 9.75 mg, sedangkan penggunaan squalene untuk setiap dosis vaksin AS03 berkisar 10.68 mg.

 

Gambar 2 Komposisi Vaksin MF59 dan AS03

Selain itu, berdasarkan berita yang dimuat pada laman kompas.com, perusahaan farmasi GlaxoSmithKline pada tahun 2020 sudah menggunakan squalene sebagai bahan pembantu. Pihak perusahaan farmasi tersebut mengatakan akan menggunakan squalene yang berasal dari hiu dalam memproduksi vaksin COVID-19. Bahkan sempat diberitakan bahwa setengah juta hiu akan diburu untuk mendukung pembuatan vaksin COVID-19.

Minyak hati hiu yang mengandung squalene digunakan sebagai adjuvant vaksin karena sangat aman digunakan untuk vaksin anak-anak dan lansia, dimana squalene tidak memiliki efek samping pada tubuh manusia. Selain digunakan untuk vaksin, hiu juga digunakan sebagai bahan konsumsi (sate) dan tulangnya dapat dijadikan sebagai obat. Beberapa bagian tubuh dari hiu juga dapat digunakan bahan baku produk fashion. Hati hiu berukuran sangat besar, bahkan 60-70% dari tubuh hiu adalah hati. Tidak semua minyak hati hiu memiliki squalene. Hiu laut dalam memiliki squalene yang berkualitas, dimana mereka hidup pada kedalaman 200 meter hingga 4500 meter.

 

Gambar 3 Pemanfaatan Hiu

 Upaya eksploitasi dan eksplorasi hiu dari tahun ketahun semakin meningkat sehingga menyebabkan berkurangnya populasi hiu di beberapa tempat. Benaya M. Simeon, Shark and Ray Officer WCS Indonesia pada Ocean Talks 9.0 menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara penangkapan hiu terbesar di dunia sejak tahun 1990-an. Indonesia juga merupakan pengekspor sirip hiu terbesar nomor tiga di dunia. Beberapa hal yang menyebakan terancamnya populasi hiu adalah sebagai berikut.

1.      Tekanan pemanfaatan atau penangkapan

2.      Kerusakan habitat dan kemampuan populasi hiu untuk bertahan

Beliau juga mengatakan bahwa 33% hiu di seluruh dunia sudah masuk daftar merah (hampir punah). Untuk mengurangi penangkapan hiu, peneliti dapat mencari sumber squalene lainnya, misalnya dari tumbuh-tumbuhan seperti zaitum, biji gandum, dan tumbuhan lainnya.

Semakin meningkatnya perburuan hiu berdampak pada menurunnya populasi hiu. Oleh karena itu, sebaiknya para peneliti mulai mencari alternatif lain pengganti squalene dari minyak hati hiu, seperti dari tumbuh-tumbuhan yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Selain itu, sebagai pencinta hiu, alangkah lebih baik kita menghindari pemakaian kosmetik dan fashion yang menggunakan bagian tubuh dari hiu.

Sumber:

OCEAN TALKS 9.0: 2021 SERIES “Minyak Hati Ikan Hiu Sebagai Komposisi Vaksin COVID-19, Potensi atau Ancaman?”

Arnani, M. (2020, Septemer 28). Retrieved from https://www.kompas.com: https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/28/160000765/setengah-juta-hiu-mungkin-dibunuh-dalam-pengembangan-vaksin-covid-19