Pemanfaatan Minyak Hati Hiu untuk Vaksin Beserta Dampak Terhadap Populasi Hiu
- Mardhatillah Kurnia Putri
- 23 Aug 2021
Dalam kegiatan webinar Ocean Talks 9.0 : 2021 Series dibuka dengan sambutan dari Kak Mujizat Alam selaku founder National Oceanographic yang mengutip penelitian terbaru mengenai populasi hiu di dunia yang dipublikasikan pada jurnal Nature dengan judul "Half a century of global decline in oceanic sharks and rays" bahwa populasi hiu di seluruh dunia mengalami penurunan drastis sebanyak 71% selama 50 tahun terakhir dan bahkan Indonesia menjadi negara dengan penangkapan hiu terbesar di dunia, mencapai 12,31 persen atau 88.790 ton per tahun. Hiu ditangkap untuk diambil daging, sirip dan minyaknya. Beliau juga memandang sumber daya ini tidak berkelanjutan atau tidak dapat diandalkan untuk diproduksi massal sebagai vaksin Covid-19 karena akan berdampak pada penangkapan ratusan ribu bahkan jutaan hiu yang akan berujung pada ambang kepunahan.
Vaksin merupakan virus
atau bakteri yang dilemahkan atau dimatikan untuk merangsang pembentukan
kekekalan tubuh seseorang. Vaksin bermanfaat sebagai proteksi dan dapat
membentuk kekebalan kelompok (herd
immunity). Moh. Rahmat, Kepala Bagian Manajemen Produk PT Bio Farma
(Persero) Tbk, pada Ocean Talks 9.0
menjelaskan bahwa vaksinasi selain dapat melindungi diri kita sendiri dari
penyakit yang mudah menular dan berbahaya juga dapat melindungi orang di
sekitar kita. Paling tidak diperlukan vaksinasi terhadap 80% penduduk dari
suatu wilayah agar tidak menularkan penyakit dan dapat melindungi orang disekitarnya.
Komponen aktif vaksin adalah bagian kecil atau keseluruhan dari virus atau bakteri.
Sedangkan komponen tambahan vaksin diantaranya adalah preservatif, adjuvant, dan stabilizer.
Gambar 1 Komponen
Vaksin
Beberapa jenis vaksin COVID-19 yang telah ditemukan diantaranya adalah AstraZeneca, SINOVAC, Pfizer, Moderna, dan vaksin lainnya. Dukungan untuk percepatan pengembangan vaksin COVID-19 BUMN diantaranya sebagai berikut.
1. BPOM melakukan pendampingan serta relaksasi untuk
pengawalan percepatan vaksin COVID-19 BUMN
2. Dukungan dana dari Kementerian Kesehatan RI
3. Diplomasi dan percepatan penyediaan bahan baku: Bea Cukai dan Kementerian Kesehatan
Beberapa adjuvant (bahan tambahan) yang digunakan
pada proses pembuatan vaksin bersumber dari biota-biota laut. Moch. Untung
Kurnia Agung yaitu peneliti dari Laboratorium Bioteknologi dan Molekuler
(MICROMOL) FPIK Unpad pada Ocean Talks 9.0
menjelaskan bahwa biota-biota laut dapat dijadikan sebagai obat-obatan,
kosmetik, dan lainnya. Potensi laut Indonesia memang sangat menjanjikan karena banyaknya
manfaat yang dapat kita ambil. Salah satu potensi yang berasal dari laut adalah
hiu. Hiu tidak diperoleh dengan mudah karena hiu merupakan ikan demersal. Salah
satu manfaat dari hiu adalah dapat dijadikan sebagai komposisi kosmetik dan
vaksin karena minyak hati hiu mengandung squalene.
Salah satu komponen vaksin adalah adjuvant
yang memanfaatkan minyak hati hiu, tapi tidak semua vaksin menggunakan adjuvant. Beberapa vaksin yang memiliki adjuvant dengan komposisi minyak hati hiu
adalah MF59 dan AS03. Penggunaan squalene
untuk setiap dosis vaksin MF59 berkisar 9.75 mg, sedangkan penggunaan squalene untuk setiap dosis vaksin AS03
berkisar 10.68 mg.
Gambar 2 Komposisi Vaksin MF59 dan AS03
Selain itu, berdasarkan
berita yang dimuat pada laman kompas.com,
perusahaan farmasi GlaxoSmithKline pada tahun 2020 sudah menggunakan squalene sebagai bahan pembantu. Pihak
perusahaan farmasi tersebut mengatakan akan menggunakan squalene yang berasal dari hiu dalam memproduksi vaksin COVID-19. Bahkan
sempat diberitakan bahwa setengah juta hiu akan diburu untuk mendukung
pembuatan vaksin COVID-19.
Minyak hati hiu yang
mengandung squalene digunakan sebagai
adjuvant vaksin karena sangat aman
digunakan untuk vaksin anak-anak dan lansia, dimana squalene tidak memiliki efek samping pada tubuh manusia. Selain
digunakan untuk vaksin, hiu juga digunakan sebagai bahan konsumsi (sate) dan
tulangnya dapat dijadikan sebagai obat. Beberapa bagian tubuh dari hiu juga
dapat digunakan bahan baku produk fashion.
Hati hiu berukuran sangat besar, bahkan 60-70% dari tubuh hiu adalah hati.
Tidak semua minyak hati hiu memiliki squalene.
Hiu laut dalam memiliki squalene yang
berkualitas, dimana mereka hidup pada kedalaman 200 meter hingga 4500 meter.
Gambar 3 Pemanfaatan
Hiu
Upaya eksploitasi dan eksplorasi hiu dari
tahun ketahun semakin meningkat sehingga menyebabkan berkurangnya populasi hiu
di beberapa tempat. Benaya M. Simeon, Shark
and Ray Officer WCS Indonesia pada Ocean
Talks 9.0 menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara penangkapan hiu
terbesar di dunia sejak tahun 1990-an. Indonesia juga merupakan pengekspor
sirip hiu terbesar nomor tiga di dunia. Beberapa hal yang menyebakan
terancamnya populasi hiu adalah sebagai berikut.
1. Tekanan
pemanfaatan atau penangkapan
2. Kerusakan habitat dan kemampuan populasi hiu untuk bertahan
Beliau juga mengatakan
bahwa 33% hiu di seluruh dunia sudah masuk daftar merah (hampir punah). Untuk
mengurangi penangkapan hiu, peneliti dapat mencari sumber squalene lainnya, misalnya dari tumbuh-tumbuhan seperti zaitum,
biji gandum, dan tumbuhan lainnya.
Semakin meningkatnya
perburuan hiu berdampak pada menurunnya populasi hiu. Oleh karena itu,
sebaiknya para peneliti mulai mencari alternatif lain pengganti squalene dari minyak hati hiu, seperti
dari tumbuh-tumbuhan yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Selain
itu, sebagai pencinta hiu, alangkah lebih baik kita menghindari pemakaian
kosmetik dan fashion yang menggunakan
bagian tubuh dari hiu.
Sumber:
OCEAN
TALKS 9.0: 2021 SERIES
“Minyak Hati Ikan Hiu Sebagai Komposisi Vaksin COVID-19, Potensi atau
Ancaman?”
Arnani, M. (2020, Septemer 28). Retrieved from
https://www.kompas.com:
https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/28/160000765/setengah-juta-hiu-mungkin-dibunuh-dalam-pengembangan-vaksin-covid-19