Follow us

Pahami Laut Secara Vertikal! Berikut Penjelasan Stratifikasi Kolom Air.



Laut merupakan salah satu wilayah dengan keunikan dan kompleksitas tersendiri yang memegang peranan penting dalam keseimbangan ekosistem di dunia. Sebesar 97% air di bumi berada di laut. Laut juga menjadi salah satu penghasil oksigen di atmosfer dan penyerapan karbon terjadi lebih banyak di laut dibandingkan daratan. Dari beberapa fakta tersebut, masih banyak yang memahami tentang karakteristik laut dimana laut tidak sekedar perairan luas yang menjadi tempat hidup ikan maupun terumbu karang. Dalam perairan yang luas ini, terdapat stratifikasi kolom perairan yang masih awam diketahui.

Apa itu stratifikasi kolom air?

Gambar 1. Stratifikasi Kolom Air
(Sumber: http://www.sonarshack.net)

Stratifikasi kolom air merupakan lapisan-lapisan pada perairan dalam hal ini laut yang terbentuk dengan karakteristik fisik tertentu seperti suhu, salinitas, densitas, dan tekanan. Stratifikasi atau pelapisan ini terjadi secara vertikal, dimana pada kedalaman tertentu karakteristiknya akan berbeda dengan kedalaman lainnya. Pelapisan ini juga menunjukkan kestabilan massa air tersebut (Stewart 2003). Secara umum, densitas (kerapatan) massa air akan meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman. Dalam kondisi tidak adanya gangguan, massa air yang memiliki densitas rendah akan selalu berada di atas massa air yang berdensitas tinggi. Adapun lapisan-lapisan kolom air yang terdapat di laut adalah mixed layer, thermocline, dan deep layer.

Mixed Layer

Gambar 2. Ilustrasi Mixed Layer
(Sumber: http://www.oc.nps.edu)

Sama halnya dengan daratan yang terdapat oksigen, di laut juga terdapat oksigen, namun oksigen yang berada di laut tidak berwujud gas melainkan sudah terlarut atau biasa disebut dissolve oxygen (DO). Oksigen yang terdapat di laut ini diakibatkan adanya aliran turbulensi yaitu angin yang berada di udara tercampur dengan air yang berada di laut sehingga membentuk buih-buih di dalam air laut. Air laut yang tercampur inilah yang kemudian disebut dengan mixed layer, dimana dalam lapisan ini massa air bersifat homogen. Kedalaman lapisan ini biasanya 0-100 meter atau dalam beberapa kasus tergantung wilayah perairannya. Wilayah yang berada dekat khatulistiwa atau tropis, ketebalan mixed layer depth (MLD) akan berbeda dengan wilayah perairan yang berada daerah subtropis maupun kutub. Hal ini dikarenakan MLD masih sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan. Karakteristik MLD di wilayah tropis umumnya memiliki temperatur yang berkisar 25-30o C dan mengalami penurunan 1o atau 2o seiring bertambahnya kedalaman hingga 80 db (+ 8 m), sedangkan salinitas (kadar garam terlarut dalam perairan) umumnya berkisar 31.5-34.5 ppt (Tomasick et al., 1997a). Kisaran tersebut dapat berubah tergantung cuaca. Indonesia memiliki 2 musim, yaitu musim kemarau (timur) dan hujan (barat). Adanya dua musim tersebut juga memberikan dampak terhadap karakteristik MLD.

Thermocline

Gambar 3. Ilustrasi Thermocline
(Sumber: http://www.oceanservice.noaa.gov)

Jika MLD memiliki karakteristik perairan yang bersuhu hangat, maka berbeda dengan lapisan termoklin. Lapisan termoklin merupakan lapisan yang berada di bawah MLD. Pada lapisan ini, suhu mengalami penurunan yang cukup drastis, penurunan suhu ini terjadi seiring bertambahnya kedalaman. Dalam lapisan ini, tidak terjadi lagi pencampuran massa air seperti pada MLD. Selain suhu, salinitas pada lapisan ini juga mengalami perubahan yakni berkisar antara 34.6 – 34.7 ppt. Kisaran yang seragam ini disebabkan pada lapisan termoklin ini, salinitas tidak lagi dipengaruhi oleh proses penguapan seperti yang terjadi di MLD.Pada beberapa penelitian, lapisan termoklin di Indonesia sering dikaitkan dengan daerah penangkapan ikan, khususnya ikan tuna. Diketahui bahwa ikan tuna senang hidup di lapisan termoklin dan lapisan di bawah termoklin (Song et al. 2007).

Deep Layer

Gambar 4. Ilustrasi Deep Water
(Sumber: http://www.oceansjsu.com)

Sesuai dengan namanya, lapisan deep water berada di kedalaman lebih dari 1000 meter. Pada kedalaman ini, baik suhu, salinitas, dan densitas akan bersifat statis. Suhu akan terus menurun mengikuti kedalaman, salinitas juga mencapai nilai maksimumnya. Di wilayah sekitar ekuator, karakteristik perairan pada kedalaman ini memiliki suhu kurang dari 10oC dan salinitas sekitar 34 ppt. Penurunan suhu yang terjadi tidak siginifikan seperti yang terjadi pada lapisan-lapisan sebelumnya begitu juga dengan kenaikan salinitas.

Gambar 5. Deep Water Wilayah Ekuator

Sumber:

Kunarso., Hadi, Safwan., Sari Ningsih, Nining., S. Baskoro, Mulyono. 2012. "Perubahan Kedalaman dan Ketebalan Termoklin pada Variasi Kejadian ENSO, IOD, dan Monsun di Perairan Selatan Jawa Hingga Pulau Timor." Ilmu Kelautan 87-88.

L. M. Song, Y. Zhang, Y. Zhou. 2007. "The Relationship Between The Thermocline and The Catch Rate of Thunnus obesus in The Tropical Areas of The Indian Ocean." IOTC Proceeding-WPTT-14.

Stewart, Robert H. 2003. Introduction to physical oceanography. Texas.

<<