Follow us

Lima Perairan Indonesia Telah Dilengkapi Dengan Sistem Peringatan Dini Tsunami Generasi Terbaru Karya Anak Bangsa (Ina-TEWS Buoy)



Indonesia yang terletak di simpang pertemuan tiga lempeng aktif, yaitu Indo-Australia di selatan, Eurasia di utara dan Pasifik di timur menghasilkan lebih dari 70 sesar aktif dan belasan zona subduksi. Ini pula yang memunculkan jalur gempa dan rangkaian gunung aktif di seluruh Indonesia. Setidaknya ada empat sesar (patahan) yang aktif dan sangat berbahaya bagi Indonesia. Dengan kondisi geologi seperti itu, Indonesia menjadi salah satu negara rawan bencana di dunia. Tercatat pada awal abad 21 ini, Indonesia telah dilanda tsunami Aceh 2004 yang memakan korban hingga ratusan ribu jiwa. Setelah itu, pada 2006 tsunami kembali terjadi di selatan pulau Jawa, kemudian 2007 di Bengkulu, 2010 di Kepulauan Mentawai, terakhir 2018 tsunami baru saja menerjang kota Palu, Sulawesi Tengah.

Besarnya  dampak  yang  diakibatkan oleh  bencana  tersebut  merupakan salah  satu parameter yang menunjukkan rendahnya sistem peringatan dini tsunami di Indonesia yang dikarenakan  keterbatasan  alat dan  teknologi  serta  kurangnya  ahli Indonesia dalam bidang tersebut.


Gambar 1 Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina-TEWS) berbentuk Buoy

Source : PT PAL Indonesia (Persero)

InaTEWS   (Indonesian Tsunami  Early   Warning   System) adalah   sebuah   proyek nasional   yang memilki   tujuan   untuk   membangun sistem   peringatan   dini   tsunami   di Indonesia   guna   mencegah   tingginya kerusakan   dan   kerugian   atau   untuk mengurangi dampak   yang   akan ditimbulkan   oleh   bencana gempabumi   dan   tsunami   ( https://inatews.bmkg.go.id/new/abou t_inatews.php?urt=1   diakses   pada tanggal 28 Maret2016).


Gambar 2 Sistem Kerja Alat Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina-TEWS)

Ina-TEWS berbasis buoy memiliki dua sistem pemantauan. Yang pertama adalah sistem pemantauan darat yang terdiri dari jaringan seismometer broadband dan GPS. Seismometer sendiri adalah alat untuk mencatat dan mengukur getaran saat gempa bumi terjadi. Alat ini digunakan untuk memantau gempa bumi tektonik yang merupakan salah satu penyebab terjadinya tsunami. Data dari seismometer dapat menunjukkan titik lokasi (episenter), kedalaman, waktu, serta kekuatan gempa sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan risiko terjadinya tsunami. Data dari seismometer tersebut kemudian diolah oleh perangkat lunak khusus milik BMKG yang dapat memberikan informasi mengenai gempa bumi tektonik dalam waktu singkat.

Sistem pemantauan kedua dari Ina-TEWS berbasis buoy adalah sistem pemantauan laut (sea monitoring system) terdiri atas buoy, tide gauge, dan CCTV. Pada prinsipnya, buoy berfungsi untuk mengamati perubahan muka air laut di laut lepas. Sementara tide gauge berfungsi untuk mengamati perubahan muka air laut di pantai. Adapun CCTV digunakan untuk mengamati tsunami di pantai.

Ina-TEWS dapat mengolah informasi yang didapat dari sistem pemantauan darat dan laut tersebut dengan menggunakan perangkat Decision Support System (DSS) untuk menentukan apakah ada risiko tsunami setelah gempa. Setelah data tersebut diverifikasi, maka peringatan dini tsunami pun bisa dikeluarkan. Dengan Ina-TEWS, BMKG mampu menerbitkan berita peringatan dini tsunami dalam kurun waktu lima menit setelah gempa bumi terjadi yang kemudian diikuti oleh beberapa kali berita pemutakhiran dan diakhiri berita ancaman tsunami telah berakhir. Berita peringatan dini berisi tingkat ancaman tsunami  untuk wilayah dengan status “Awas”, “Siaga”, hingga “Waspada”.


Gambar 3 Peta Penempatan Ina-TEWS Pada Perairan Indonesia

Source: PT PAL Indonesia (Persero)

Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina-TEWS) akan ditempatkan di titik-titik rawan bencana seperti perairan selatan Jawa & Sumatera, perairan utara Sulawesi & Papua, Laut Flores dan Laut Banda. Pada 09 Februari 2021, Kepala BPPT RI Dr. Ir. Hammam Riza, M.Sc meninjau langsung proses Wet Test dan Dry Test Ina-TEWS Buoy di PT PAL Indonesia (Persero). Sinergi antara PT PAL Indonesia (Persero) dan BPPT RI tidak lepas dari respon-respon tantangan transformasi industri, membangun ekosistem inovasi untuk mencapai kemandirian riset inovasi maupun industri. InaTEWSBuoy akan ditempatkan di 11 titik rawan bencana seperti perairan selatan Jawa dan Sumatera, perairan utara Sulawesi dan Papua, laut Flores dan laut Banda.


Gambar 4. Proses Wet Test inaTEWS Ina-Buoy

Pengembangan InaTEWS secara nasional ini diharapkan akan menjadikan Indonesia sebagai pusat industri hirilisasi system peringatan dini tsunami baik baik di kawa. Bentuk komitmen tersebut ditandai dengan telah di selesaikannya pembangunan 11 (sebelas) unit Buoy yang saat ini sedang dalam proses deployment oleh BPPT di seluruh perairan Indonesia. Sampai dengan 2024, InaBuoy tsunami direncanakan terpasang dan beroperasi di 13 lokasi meliputi perairan GunungAnak Krakatau (GAK), Selatan Selat Sunda, Barat Bengkulu, Barat Pulau Nias, Selatan Cilacap, Selatan Malang, Selatan Bali, Utara Sulawesi, NTT bagianTimur, Maluku, Talaud, Sorong, dan Papua Utara.


Gambar 5. Deployment InaBuoy di Perairan Selatan Cilacap, Jawa Tengah

Pada 21 Juli 2021, telah dilakukan deployment InaBuoy di wilayah Perairan Selatan Cilacap, Jawa Tengah. BPPT telah melakukan Deployment sebanyak 3 (tiga) unit Buoy yang berlokasi di Selatan Malang, selatan Bali, danS elatSunda.  Keberhasilan InaBuoy dalam mendeteksi tsunami  dibuktikan dengan  data dan respon yang bagus dalam mendeteksi gempa yang terjadi beberapa waktu lalu di Malang. Hal ini merupakan contoh keberhasilan InaBuoy keluaran PT PAL Indonesia (Persero) berfungsi dengan baik untuk mendeteksi adanya Tsunami.


Gambar 4. Deployment InaBuoy di PerairanGunungAnak Krakatau (GAK)

Deployment InaBuoy selanjutnya dilakukan di Perairan Gunung Anak Krakatau (GAK) pada 28 Agustus 2021. Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dr. Ir. Hammam Riza, M.Sc. memimpin proses launching InaTEWS Buoy di Perairan Gunung Anak Krakatau (GAK). Dengan peluncuran InaBuoy GAK (Gunung Anak Krakatau) ini merupakan hal yang sangat penting untuk memantau kondisi di Selat Sunda. Salah satunya bagaimana nanti jika ada erupsi gunung api yang dapat mengakibatkan ada longsoran sehingga terjadi tsunami. Keberhasilan pembangunan InaTEWS berbasis Buoy menjadikan Indonesia 1 dari 3 negara yang mampu membangun alat peringatan dini Tsunami (TEWS).